Rahasia Sukses Berbisnis Kopi ala Owner Laleite Coffee Surya Hadinata

10 tahun bukan waktu yang pendek untuk membangun sebuah bisnis. Banyak lika-liku yang harus dihadapi dan pastinya ada masa jatuh dan bangun lagi. Karena itu saat berikrar untuk berbisnis, pastikan harus fokus.
Inilah yang jadi komitmen Surya Hadinata, owner Laleite Coffee dan kafe Morning Mate yang berlokasi di Jl. Candi Trowulan, Mojolangu, Malang, Jawa Timur. “Pokoknya kalau bisnis, harus fokus. Jangan menoleh kanan kiri. Ada hal baru, terus ganti. Jangan. Fokus ke satu itu. Misal kopi ya kopi aja,” kata Surya saat ditemui di Morning Mate Coffee, belum lama ini.
Surya lantas menceritakan bagaimana dia membangun bisnis kopinya dengan label Laleite. “Kalau dihitung sih, sudah 10 tahun saya di bisnis. Itu jatuh bangun dan baru benar-benar bisa settle ya tiga tahun terakhir,” ungkap pria berusia 34 tahun itu.
Awal ketertarikan Surya pada kopi adalah saat ia sering diminta membantu bisnis penjualan sang kakak. “Waktu itu kakakku jadi distributor kopi Flores. Itu kulakannya bisa lebih dari dua ton. Terus kakakku bilang, kenapa aku nggak coba jualan sendiri aja, daripada cuma bantu,” ceritanya.
Dengan modal tak lebih dari seratus ribu, Surya coba-coba menjual kopi kopi Flores yang ia kemas sendiri ke teman-temannya. “Saya jualnya nggak pakai promosi. Dari mulut ke mulut aja. Dari situ ternyata banyak yang mau. Dari awalnya hanya empat jadi 10 dan seterusnya,” beber alumnus Universitas Ma Chung Malang itu.
Saat itu Surya masih berstatus mahasiswa. Namun tak seperti teman-temannya yang nongkrong, dia memilih pulang kuliah, bergelut dengan kopi dan mengemasnya sendiri untuk dijual lagi. “Bagi saya itu risiko yang harus dihadapi kalau kita ingin maju dan sukses,” ujar ayah satu anak itu.
Permintaan kopi Flores yang makin banyak juga membuat Surya merekrut seorang karyawan. “Nggak seperti sekarang. Dulu karyawan saya cuma satu. Dia ini tugasnya serabutan, mulai nggoreng, ngemas hingga bantu penjualan,” katanya.
Sayangnya bisnis kopi Flores tak diteruskan oleh Surya. Bukan karena tak laku lagi, namun ia belum mendapat produsen kopi Flores yang tepat untuk diajak bekerjasama. “Saya hanya punya satu produsen yang cocok. Tapi kerjasama terhenti dan belum dapat gantinya sampai sekarang,” ungkapnya.
Kopi Flores tak ada bukan berarti bisnis ikut terhenti. Surya beralih ke Robusta yang ternyata sambutannya luar biasa. Penjualannya pun laris karena ia mengemasnya dengan cukup elegan dengan varian yang banyak. “Kalau variannya ada 15. Tapi yang paling laku adalah Java Robusta,” katanya.
Karyawannya pun bukan hanya satu tapi puluhan yang hampir semuanya adalah para Gen Z. “Kerja dengan gen Z ini ada plus minusnya. Mereka cepat, staminyanya bagus dan kreatif. Kalaupun ada yang bilang mental kerjanya sesuai mood, itu tergantung kita aja yang memperlakukan mereka,” ujar Surya.

Kini, sepuluh tahun sudah bisnis kopi Laleite berjalan. Surya mengklaim bisa menjual enam hingga delapan ton kopi dalam sebulan. Pastinya semuanya dikemas dengan bungkus yang elegan dan trendy sebagaimana semangat anak muda. “Ada juga gerai kopi yang beli kopinya dari kami. Sebulan, kami bisa kirim dua ton untuk gerai itu saja,” beber Surya.
Besarnya peminat kopi Laleite juga membuat Surya akhirya membangun kafe Morning Mate yang berlokasi di Jl. Candi Trowulan, Mojolangu, Malang, Jawa Timur. “Jadi kami punya kopi sendiri dan kami jual sendiri di sini,” ungkapnya.
Meski telah sukses, Surya mengaku banyak tantangan yang dihadapi. Mulai harga kopi yang fluktuatif hingga pandemi Covid yang sempat melanda. “Covid itu benar-benar membuat keuntungan bisnis tinggal separo,” kata pria yang pernah mendapat penghargaan Top Seller dari Tokopedia Award di Malang itu.
Namun, meski sangat sulit, Surya pantang mem-PHK karyawan. Dia memilih menawarkan mereka untuk membangun bisnis bersama. Hal ini diamini Dhita, salah seorang karyawan, yang senang dengan keputusan tersebut. “Saya ajak mereka untuk bagi hasil dalam penjualan. Sampai lama-lama kami bisa bangkit lagi,” ujar Surya yang juga memanfaatkan media sosial untuk penjualan kopinya.
Lagi-lagi Surya menekankan kalau survive dalam bisnis, “Ya harus fokus.” Fokusnya pun tak hanya teori, tapi juga dalam segala hal. Karena itu kalau mau berbisnis, seseorang harus punya passion dan mencintai apa yang jadi bisnisnya. “Jadi kalau bisnis kopi ya cintai kopi,” tegasnya.
“Jujur ya, saya bukan peminum kopi. Bahkan setahun berbisnis kopi itu, bukan saya sendiri pencicipnya. Tapi setelah itu, saya berusaha mencintai dengan cara ya belajar minum kopi. Jadi saya bisa tahu apa yang jual itu memang bagus buat orang lain,” katanya.
Selain fokus dan punya passion, Surya menekankan adanya networking dan konsistensi. Bagaimana dengan modal? “Menurut saya modal itu bukan hal utama. Malah bila perlu, nggak perlu ada modal. Jadi bisa memperkecil kerugian. Nggak ada modal atau modalnya kecil juga akan membuat kita bekerja lebih keras,” katanya. *