EVENT

Serunya Bincang Fotografi Bareng Founder Matanesia Mamuk Ismuntoro

Mamuk Ismuntoro bersama Kru FENEWS. (Foto : Eve)

Selasa (03/12) lalu, peserta magang FENEWS mengikuti kelas fotografi di Cafe Ruang Teduh, Surabaya. Kegiatan yang diinisiasi oleh Ami Haris, selaku Pemred FENEWS ini, ditujukan sebagai bentuk apresiasi kepada peserta magang yang telah berkontribusi di FENEWS. Tidak hanya itu, ia juga berharap peserta dapat dibekali dengan wawasan praktis terkait fotografi, salah satu keterampilan penting yang harus dimiliki jika ingin berkancah di dunia jurnalistik. 

“Jadi teman-teman ini kan fotonya banyak tuh, tapi terkadang mereka mengambil angle nya itu kurang paham. Maka dari itu, maksimalkan ikut kelas ini, tanyakan langsung, karena memang ini untuk teman-teman,” ujar Ami saat sesi sambutan. 

Mamuk Ismuntoro saat penyampaian materi. (Foto : Amelia)

Kelas ini dipandu oleh Mamuk Ismuntoro, seorang fotografer profesional sekaligus founder matanesia, sebuah komunitas fotografi yang berdiri di Surabaya pada tahun 2006. Selama sesi materi berlangsung, Mamuk menjelaskan berbagai aspek penting dalam fotografi, seperti komposisi, pencahayaan, teknik pengambilan gambar, hingga cara memunculkan unsur cerita dalam sebuah foto. 

“Setiap kali teman-teman menghadiri sebuah event untuk liputan, pastikan untuk memiliki foto dengan tiga teknik pengambilan gambar ini, antara lain Overview (Wide Shot), Medium Shot, dan Close Up,” ujarnya. 

Para peserta antusias mengikuti materi. (Foto : Ami)

Selain itu, Founder Matanesia ini juga berbagi pengalaman selama ia berkecimpung di dunia fotografi. Salah satu karya legendarisnya adalah sebuah foto seorang penambang belerang di Kawah Ijen, Banyuwangi, Jawa Timur, yang bekerja tanpa memakai masker, melainkan kain yang hanya dibasahi air. Di kanal youtube, Mamuk juga mengabadikan momen itu dalam bentuk film pendek bertajuk “Penambang Pemberani.” 

Ia berlanjut menunjukkan foto-foto untuk annual report dan kalender saat ia menjadi Corporate Photographer di beberapa perusahaan, seperti di PT Astra Agro Lestari dan PT HM Sampoerna. Begitu pula potret fotografi saat ia berkeliling Kashmir, India dan Hanoi, Vietnam. Melalui foto-foto itu, Ia menjelaskan bagaimana menggunakan dua pendekatan teknik pengambilan gambar, yakni secara natural dan settingan. Ia juga menekankan pentingnya kesabaran saat menunggu momen yang pas untuk mengambil gambar. 

“Untuk momen yang spontan, saya pernah menunggu menghadap objek hingga 5 menit tanpa menoleh ke arah lain. Sedangkan untuk settingan, kalau salah bisa diulang lagi. Itulah bedanya fotografi dulu dengan sekarang,” ungkapnya. 

Kelas ini diakhiri dengan sesi tanya jawab, dimana para peserta diberi kesempatan untuk bertanya sekaligus sharing mengenai kesulitan yang pernah mereka hadapi saat memotret. Salah satu peserta, Audy, bertanya bagaimana menghasilkan rekaman video yang stabil tanpa alat bantu tripod maupun fitur stabilizer, mengingat ia hanya merekam dengan ponsel sehingga tremor atau tangan goyang menjadi tantangan yang sering dihadapi. 

“Jika ingin seperti itu, pastikan tubuh juga ikut bergerak saat merekam, namun ingat, harus perlahan. Saat berpindah gunakan lutut, bukan pinggul. Begitu pula ketika merekam diam di tempat, pastikan berdiri dengan kaki terpisah, setidaknya sekitar lebar bahu. Jadi posisi nya stabil,” ujar Mamuk menanggapi pertanyaan Audy. 

Menurut Ami, kegiatan menimba ilmu ini akan berlanjut di hari-hari selanjutnya. Tentunya dengan topik keilmuan yang berbeda. Pada Jumat depan (06/12), peserta akan mempelajari dasar-dasar jurnalistik. Berlanjut di minggu berikutnya, mereka akan belajar desain grafis dengan fokus kegiatan berupa pelatihan pembuatan dan editing video secara profesional. *Mel