RELATIONSHIP

Ramai di Media Sosial, Apa Itu ‘Red String Theory’?

ilustrasi pasangan yang terhubung 'benang merah' atau red string theory (foto: Pinterest @darcy)

Beberapa waktu lalu, ramai di media sosial yang menggunakan istilah red string theory. Banyak warganet yang menggunakan istilah tersebut untuk mencari tahu apakah mereka pernah bertemu pasangannya saat ini sebelum ditakdirkan bersama.

Apa sebenarnya arti dari red string theory?

Dilansir dari Women’s Health, istilah red string theory ini juga dikenal sebagai invisible string theory. Red string theory merupakan sebuah keyakinan bahwa setiap orang dan belahan jiwanya terhubung melalui tali atau ‘benang tak kasat mata’ dan tertulis di alam semesta suatu hari nanti mereka akan bersama.

Dalam sejarahnya, red string theory berasal dari kepercayaan yang berkembang di negara Asia Timur, seperti Jepang dan China. Mereka meyakini hubungan antar manusia ditentukan oleh seutas benang merah, yang dikaitkan oleh para dewa pada jari kelingking mereka yang saling bertemu dalam kehidupan.

Hal ini juga disampaikan oleh terapis perkawinan dan keluarga, Marisa T Cohen, yang menuturkan teori ini menyakini dua orang yang berjauhan akan selalu terhubung kembali secara misterius, karena ada ‘tali’ atau benang yang mengingkat mereka sehingga tidak bisa terlepas satu sama lain.

Benang merah itu mungkin bisa meregang, kusut, ataupun mengerut. Namun, benang tidak akan pernah putus. Tak hanya seputar hal romantis saja, teori ini juga mencakup kehidupan yang luas.

Dikutip dari Mochi Magazine (4/11), benang merah tersebut dapat membentuk simpul-simpul saat orang yang memilikinya mengalami sakit, tragedi, masalah, atau bahkan meninggal. Meski begitu, simpul itu tetap akan terurai seiring berjalannya waktu.

Dari red string theory, menunjukkan bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan rencana Tuhan yang menjadi takdir manusia. Namun, manusia dianggap bisa menentukan jalan cerita melalui proses yang mereka lewati.

Teori ini pun banyak dikaitkan dengan perjalanan cinta. Beberapa orang percaya benang merah itu sebagai penghubung jodoh. Karena itu, bagi yang sudah memiliki pasangan mulai megorek kembali kisah cinta mereka. Pun banyak warganet yang mengaku ternyata sudah ‘terhubung’ dengan pasangannya sebelum menjadi pasangan.

Misalnya, pernah mengunjungi tempat yang sama di masa lalu, pernah tinggal berdekatan atau pasangan yang baru berkenalan tiga tahun lalu tetapi sebenarnya saat remaja pernah bertemu di tempat-tempat tertentu.

Karena itu, seperti teorinya, orang-orang yang terhubung dengan ‘benang merah’ akan selalu dipertemukan kembali.