Wanita Difabel Jepang Sulap Limbah Plastik Jadi Kuku Palsu Ciamik
Melestarikan lingkungan bisa dilakukan kapan saja. Untuk melakukannya, bisa dimulai dari hal-hal kecil. Seperti yang dilakukan oleh Naomi Arimoto, seorang wanita Jepang penyandang disabilitas yang temukan cara unik atasi polusi lingkungan. Dengan memanfaatkan limbah plastik, Arimoto berhasil membuat sesuatu yang bernilai.
Berawal pada tahun 2021, Arimoto mulai mendaur ulang ‘Umi gomi’ atau ‘Sampah Laut’ menjadi gebrakan karya seni kuku yang unik. Dengan menaiki kursi roda, Arimoto berkeliling mengumpulkan mikroplastik yang berserakan di pesisir pantai. Dilansir dari The Japan News (28/11), pada tahun 2014 Arimoto didiagnosis dengan mielopati terkait HTLV-1 (HAM). Virus yang menyerang sekitar 3.000 orang di Jepang ini menyebabkan kerusakan saraf, peradangan sumsum tulang belakang, hingga mengakibatkan kelumpuhan.
Selama masa-masa sulit itu, Arimoto menemukan pelipur laranya lewat hobi yang ia tekuni, yakni seni kuku. Pada tahun 2018, Arimoto membuka salon Plumeria Nail yang dirancang khusus penyandang disabilitas. Berlanjut pada tahun 2021, Arimoto mengikuti kegiatan bersih-bersih di pantai setempat. Disitulah ia menemukan banyak serpihan sampah plastik, termasuk pecahan dari wadah container. Ia pun mendapat inspirasi untuk membuat produk press-on nails, kuku palsu yang diberi kutek dengan hiasan cantik, ditempel pada kuku asli dan sifatnya mudah dilepas.
Setelah mengumpulkan sampah laut, Arimoto membersihkannya terlebih dahulu dengan air tawar. Kemudian ia memilah plastik yang sudah bersih berdasarkan warna lalu memotongnya menjadi potongan-potongan kecil. Potongan-potongan plastik tersebut ia letakkan pada cincin logam, lalu dipanaskan hingga meleleh, hingga akhirnya membentuk cakram/disk warna-warni yang bisa dipakai sebagai hiasan pada kuku palsu.
Setiap satu set kuku Arimoto diobral seharga 8.800 yen (Sekitar 939 ribu rupiah). Ia juga berharap produknya ini tidak sekedar menjadi aksesori fesyen semata. Arimoto ingin setiap pembelian turut mendukung kesadaran terhadap isu pelestarian lingkungan, khususnya terkait sampah plastik yang mencemari ekosistem. *Mel