Unik! Baca Buku Bisa Bikin Napi Brazil Cepat Keluar dari Penjara

Pemerintah Brazil menerapkan aturan pengurangan masa hukuman narapidana (napi) jika mereka berhasil membaca dan me-review buku dengan baik. Satu buku setara dengan empat hari remisi. Namun, mereka tetap dibatasi untuk menyelesaikan 12 buku dalam setahun. Dengan begitu, mereka akan mendapatkan maksimal 48 hari remisi per tahun.
Kebijakan tersebut bernama Redemption through Reading atau Penebusan Lewat Membaca. Tujuannya untuk meningkatkan daya berpikir para tahanan sehingga jika mereka kembali ke masyarakat diharapkan dapat melanjutkan kehidupan dengan baik. Pasalnya, dilansir dari Unesco, tingkat residivis di negara pemilik Hutan Amazon itu tergolong tinggi, sekitar 80%.
Total tahanan di sana juga pernah menyentuh angka 830.000 jiwa. Selain kepadatan penduduknya tinggi, kasus geng dan narkoba di sana juga melejit. Pada tahun 2024, AP News melaporkan masih banyak geng kriminal yang bercokol di Brasil, khususnya wilayah Amazon.
Oleh karena itu, manfaat lain dari program ini adalah untuk membentuk sudut pandang kehidupan yang baru bagi narapidana sehingga tidak terjerumus kembali dalam tindakan kriminal. Para tahanan dapat memilih buku di perpustakaan penjara. Sudah tersedia buku-buku sastra, filsafat, sains, atau klasik.

Bagi napi yang memiliki keterbatasan intelektual atau mengalami buta huruf, ia akan diberikan audiobook, diperbolehkan membaca bersama napi lain, dan akan diberikan bantuan lainnya. Penjara juga menyediakan buku berbahasa asing bagi tahanan dari luar negeri.
Untuk mengikuti program Penebusan Lewat Membaca, para napi harus membaca dan mengulas buku dengan tata bahasa yang benar. Lalu, hasilnya akan diperiksa oleh tim dari penjara. Apabila ada yang ketahuan menjiplak, maka ia tidak bisa meneruskan program ini.
Adapun buku-buku tersebut disumbang oleh penerbit Brazil, Carambaia yang bekerja sama dengan Artplan dan Dewan Kehakiman Nasional (CNJ). Feedback-nya, mereka menggunakan ulasan dari para napi untuk memasarkan produknya. Mengingat salah satu institusi statistik di Brazil menemukan data bahwa jumlah bacaan buku napi lebih banyak di atas rata-rata nasional.
“Carambaia adalah penerbit yang berfokus pada mereka yang mencintai membaca, dan kami menemukan bahwa tak ada yang membaca lebih banyak daripada para narapidana. Dengan memberi mereka suara dan menggunakan teks-teks yang mereka hasilkan, kami menunjukkan kepada masyarakat bahwa mereka adalah individu yang berpikir, kritis, dan memiliki pendapat yang harus dihormati,” ujar Direktur Kreatif Artplan, Marcos Abrucio.
Salah satu tahanan yang merasa terbantu dengan program ini adalah Edson Reinehr. Proyek baca buku dapat mengalihkannya dari negative thinking dan merangsang fungsi otaknya. Hal tersebut sejalan dengan pemikiran gurunya yang menganggap proyek ini sebenarnya memiliki tujuan yang lebih besar dari sekadar remisi.
“Kami berharap bisa membuka sudut pandang baru tentang hidup bagi mereka. Ini tentang mendapatkan pengetahuan, mengenal budaya, dan merasakan dunia yang berbeda,” tutur guru Reinehr, Ajda Ultchak. *pis