PLEASURE

Serial Netflix Adolescence Jadi Sorotan. Simak Cerita dan Sisi Lain di Balik Layarnya!

Foto. Netflix

Sejak dirilis pada 13 Maret 2025, serial Netflix Adolescence langsung mencuri perhatian. Selain masuk top 10 yang paling banyak ditonton, drama ini juga membawa dampak luas, salah satunya membuat pemerintah Inggris memasukkan anti-misogini dalam kurikulum pendidikannya.

Drama Adolescence sendiri mengusung cerita tentang remaja bersama Jamie Edward Miller yang terjerat kasus kriminal atas pembunuhan teman satu angkatannya, Katie Leonard. Kasus ini melibatkan banyak pihak mulai dari polisi, guru, hingga psikolog untuk mengusut kasus yang dilakukan Jamie.

Keluarga Miller tak percaya bahwa Jamie dapat melakukan hal sekejam ini di usianya yang masih muda, 13 tahun. Ia juga terlihat sebagai anak laki-laki yang cerdas, terbukti dari caranya menjawab pertanyaan yang diajukan polisi dan dokter kepadanya.

Dibintangi oleh Stephen Graham, Ashley Walters, Erin Doherty, Owen Cooper, hingga kini penilaian film Adolescence pada Internet Movie Database (IMDb) mencapai 8.4/10 oleh 91K penonton pada 4 episode pertamanya. Tak hanya membawakan tema remaja biasa, serial ini menunjukkan sisi lainnya dalam kehidupan remaja, hubungan bersama orang tua, peran keluarga dan teman, hingga kehidupan pada sosial media.

  1. Hubungan Orang Tua dan Anak Remaja

Sering kali remaja dikaitkan dengan kebebasan, masa dimana seorang anak beranjak dewasa dan mencari jati dirinya. Digambarkan pada awal film ini, pada pagi hari setelah kejadian, penangkapan Jamie oleh polisi dilakukan. Setelah dibawa ke kantor polisi Jamie diberikan pengertian bahwa ia dapat meminta bantuan pendampingan dewasa sehingga ia memilih ayahnya.

Adegan ini cukup memberikan pengertian bahwa Jamie memiliki hubungan yang dengan dan mempercayai ayahnya, namun pada akhir episode 4 ayah Jamie, Eddie, merasa bahwa ia tak cukup baik mengenal dan mengawasi anaknya sendiri.

  1. Pengawasan dalam Sosial Media

Pada usianya ke 13 tahun, Jamie Miller ditangkap atas dugaan pembunuhan. Hal ini ternyata tak lepas dari hubungan bersosial media. Sebagai seorang remaja, Jamie mengenal sosial media dan membuatnya menjadi tempat berinteraksi dengan teman-temannya, namun tak disangka Jamie juga gemar mengunggah ulang foto-foto model perempuan pada platform Instagram.

Hal ini tentunya menunjukkan kurangnya pengawasan orang tua dalam pengawasan remaja dalam bermedia sosial. Karena orang tua memiliki kewajiban untuk membesarkan anak dengan baik, salah satunya adalah dengan pengawasan. Saat ini anak-anak khususnya remaja tak hanya bisa berinteraksi tatap muka, namun juga bisa dilakukan pada sosial media. Sehingga suka tidak suka orang tua harus memahami dan mengetahui demi pengawasan terhadap anak-anak mereka

  1. Istilah Asing

Kini banyak istilah baru yang hadir dalam kehidupan remaja, tentunya diawali dari bermedia sosial. Remaja banyak mengenal kata-kata seperti rizz, sigma, gyatt, ate, delulu, dan lain-lainnya yang digunakan untuk berkomunikasi. Bentuk-bentuk istilah seperti ini akan sedikit sulit untuk dipahami oleh orang tua, namun demi pengawasan terbaik pada anak seharusnya sedikit banyak orang tua bisa mengetahui demi mengawasi komunikasi mereka.

Hal serupa juga terdapat pada film Adolescence dimana Jamie menjelaskan arti dari emoji-emoji seperti pil merah, dan 80:20 yang memiliki arti sebanyak 80% wanita  tertarik pada 20% pria. Setiap orang dewasa pada film ini membutuhkan jawaban atas istilah tersebut, sedangkan istilah tersebut sudah sangat populer pada generasi mereka.

Media sosial bisa menjadi pisau bermata dua, tergantung bagaimana seseorang menggunakannya. Pada film Adolescence, Jamie dan teman-temannya mengenal istilah dan emoji dimana hanya mereka yang mengetahui artinya, mengakses foto-foto secara sembarangan, membaca komentar negatif, hingga menjadi sebab sebuah pembunuhan. Untuk itu orang tua tak hanya memiliki peran untuk memberikan akses pada sosial media namun juga mendampingi dan mengawasi bagaimana sosial media mempengaruhi tumbuh kembang anak mereka. *fie