RELATIONSHIP

Perusahaan ini Ancam Pecat Karyawannya Jika Masih Jomblo Hingga September 2025

Foto. ilustrasi

Sebuah perusahaan di China, Shuntian Chemical Group, menjadi viral setelah memperkenalkan kebijakan kontroversial. Mereka mengancam akan memecat karyawan lajang atau bercerai jika tidak menikah sebelum September 2025.

Dikutip dari South China Morning Post pada Senin (14/4), kebijakan ini diumumkan pada Januari 2025 dan ditujukan kepada 1.200 lebih karyawan yang berusia 28 hingga 58 tahun. Perusahaan tersebut mengklaim bahwa kebijakan ini bertujuan untuk mendukung nilai-nilai tradisional seperti kesetiaan dan bakti kepada orang tua serta meningkatkan angka pernikahan di tengah penurunan populasi di negeri tirai bambu tersebut.

Dalam pengumuman perusahaan, disebutkan bahwa karyawan yang tidak menikah hingga Maret harus menulis surat kritik diri. Jika masih lajang hingga Juni, mereka akan menjalani evaluasi. Kemudian, jika tidak menikah hingga September, kontrak kerja mereka akan dihentikan.

Perusahaan juga menyebut bahwa melajang dianggap sebagai tindakan tidak setia dan tidak berbakti kepada orang tua. Salah satu kutipan dari pengumuman tersebut berbunyi, “Tidak mematuhi seruan pemerintah untuk meningkatkan laju pernikahan adalah tindakan tidak loyal. Tak mematuhi orang tua merupakan bukti tidak berbakti. Membiarkan diri sendiri tetap lajang bukanlah hal baik.”

Langkah ekstrem ini terjadi di tengah upaya pemerintah China untuk mengatasi penurunan angka kelahiran dan pernikahan. Sebab, jumlah pernikahan baru di China mengalami penurunan drastis sebesar 20% di tahun lalu, sementara populasi negara terus menurun akibat dampak kebijakan satu anak dan urbanisasi.

Tak lama setelahnya, kebijakan ini pun memicu kritik luas dari banyak orang dan ahli hukum yang menilai bahwa tindakan tersebut melanggar kebebasan individu serta hukum ketenagakerjaan China. Profesor Yan Tian dari Universitas Peking menyatakan bahwa kebijakan semacam ini bertentangan dengan kebebasan menikah dan tidak konstitusional.

Selain itu, pihak berwenang setempat melakukan inspeksi terhadap perusahaan pada Februari 2025, yang akhirnya memaksa perusahaan untuk mencabut kebijakan tersebut dalam waktu kurang dari sehari setelah viral. *ang