BEAUTY & HEALTH

Kenapa Pertanyaan ‘Kapan Nikah’ Jadi Hal yang Sensitif? Ini Penjelasannya

foto.net

Seorang pria bernama Parlindungan Siregar tega menganiaya tetangganya yang merupakan pensiunan ASN bernama Asgim Irianto hingga tewas pada Senin (29/7) lalu. Peristiwa yang terjadi di Sumatera Utara ini terjadi karena pelaku kesal ditanya kenapa belum kawin oleh korban.

Dari peristiwa tersebut, kita bisa mengetahui pertanyaan ‘kenapa belum kawin’ ini meski terdengar sepele, namun merupakan hal yang sensitif. Sama halnya dengan pertanyaan ‘kapan menikah’.

Dilansir dari halodoc.com, pertanyaan tersebut bisa membuat orang tertekan. Kerap mendapat pertanyaan ‘kenapa belum kawin’ atau ‘kapan nikah’ bisa menjadikan kisah hidup orang lain sebagai pembanding untuk dirinya sendiri. Mengingatkan kalau kamu masih sendiri dan belum kunjung mendapat pasangan. Tentu hal ini mudah membuat orang tersinggung.

Kemudian kamu jadi bertanya-tanya apa yang salah dengan dirimu, kenapa tidak sama seperti orang lain yang sudah mendapat pasangan, menikah dan punya anak. Padahal, bisa saja menikah belum menjadi tujuan atau kebutuhan kamu saat ini.

Sebagian orang juga merasa pertanyaan tersebut sudah melampaui batas privasi mereka. Ada pun yang merasa tidak nyaman membagikan detail kehidupan pribadi mereka, termasuk rencana pernikahan.

Menurut psikolog dengan spesialisasi konseling dan terapi serta salah satu pendiri Layanan Kesehatan Mental Yellow Epiphanies, Dicya Pathak, tekanan pernikahan dapat mendorong seseorang merasakan berbagai emosi, termasuk gangguan kesehatan jiwa tertentu.

Dikutip dari India Times, dampak dari tekanan pertanyaan tersebut yakni beberapa gangguan kesehatan jiwa atau mental. Diantaranya ada kecemasan sosial, saat kamu banyak menerima undangan pernikahan atau saat berkumpul bersama teman yang bercerita mengenai kehidupan pernikahan mereka.

Secara tidak langsung, pertanyaan ‘kenapa belum kawin’ atau ‘kapan nikah’ ini bisa menimbulkan rasa tidak mampu dan rendah diri. Terlebih jika merasa tidak memenuhi harapan mereka sendiri atau orang lain.

Tekanan yang terus menerus dirasakan bisa mengakibatkan perasaan sedih, putus asa, bahkan depresi. Terutama jika merasa tidak membuat kemajuan dalam menemukan pasangan, kestabilan finansial, karir yang mapan ataupun tujuan lainnya.

Terlebih jika sudah menghadapi kegagalan dalam hubungan sebelumnya atau sedang menghadapi kesulitan dalam mencari pasangan hidup. Maka pertanyaan tersebut bisa menyentuh luka emosional atau bahkan mengingatkan mereka atas kegagalan atau ketidakbahagiaan yang mereka alami.

Namun, setiap individu memiliki persepsi dan reaksi yang berbeda terkait pertanyaan tersebut. Penting bagi kita untuk menilai situasi dan kondisi emosi orang lain sebelum mengajukan pertanyaan sensitif ini.