Masih 14 Tahun, Bocah Ini Berhasil Ciptakan Sabun Pembasmi Kanker Kulit!

Usia tak jadi penghalang. Meski masih belia, Heman Bekele sudah membuktikan bahwa inovasi bebas dilakukan siapa saja. Melalui sabun yang dapat melawan kanker kulitnya itu, Bekele menyabet posisi America’s Top Young Scientist dalam 3M Young Scientist Challenge 2023 dan Gloria Barron Prize for Young Heroes 2024 dengan membawa total hadiah $35.000 atau (dalam kurs terkini) setara dengan lebih dari setengah milyar rupiah dari kedua kontestasi tersebut.
Bekele sendiri merupakan remaja asal Fairfax, Virginia, Amerika Serikat yang terkenal lewat Melanoma Treating Soap (MTS) miliknya yang dapat membantu memerangi kanker kulit. Inspirasinya bermula ketika bocah lelaki itu mengingat bagaimana keseharian orang di tempat tinggalnya dulu sebelum pindah ke AS—Ethiopia—yang sering terpapar langsung oleh sinar matahari saat berada di luar ruangan.
Tidak hanya keseharian masyarakat di Ethiopia, ia pun menyadari besarnya kemungkinan munculnya kanker kulit di berbagai wilayah di dunia. Meski sudah beredar banyak obat kanker kulit, tapi harganya rata-rata $40.000 atau sekitar lebih dari Rp600.000-an. Bekele menyayangkan hal tersebut. Ia ingin produknya memiliki harga yang lebih terjangkau sehingga bisa diakses oleh banyak orang.
Oleh karena itu, ia menciptakan MTS yang diharapkan menjadi salah satu solusi untuk mengatasi kanker kulit. Sayangnya, produk yang berupa sabun batangan itu belum siap digunakan. Sabun itu masih berada pada tahap uji coba molekuler digital saja sehingga masih perlu menjalani berbagai proses.

Remaja yang digelari TIME sebagai Kid of the Year (2024) itu merencanakan beberapa agenda di masa depan, seperti berusaha mendapatkan sertifikasi FDA untuk bisa melakukan pengujian sabun pada manusia. Setelahnya, ia perlu menyelesaikan segala hal dan menjamin produknya berhasil dan siap diedarkan.
“Pada tahun 2028, saya berharap bisa mengubah proyek ini menjadi organisasi nirlaba yang menyediakan perawatan kanker kulit yang adil dan mudah diakses oleh sebanyak mungkin orang,” terangnya saat wawancara bersama NPR.
Di dalam wawancara tersebut, Bekele menjelaskan cara kerja MTS. Jadi, sabun ini mengandung campuran senyawa dan bahan kimia untuk melawan kanker kulit. Bahan utamanya adalah Imidazoquinoline yang akhir-akhir ini digunakan dalam penelitian kanker kulit.
Warna sabun ini putih agak gelap. Meski berbau seperti obat, tapi kata Bekele baunya tidak terlalu buruk. Lalu untuk teskturnya, MTS memang sedikit lebih lengket dibandingkan sabun pada umumnya. Pasalnya, ada nanopartikel berbasis lipid yang digunakan agar saat sabun ini dibilas, partikel yang mengandung obat tidak ikut hilang.

Bekele juga sudah mempertimbangkan kemasannya. Meski ini sabun dengan basis perawatan medis, tapi ia juga ingin memberikan kesan estetika. Nantinya MTS dirancang kemasan yang ramah lingkungan.
Putra dari Muluemebet Getachew ini mengaku tidak sendirian dalam menyelesaikan proyeknya. Ia dibantu oleh banyak orang, khususnya sang mentor yang bernama Deborah Isabelle. “Dia membantu mengorganisir dan menyusun pikiran saya, serta memiliki banyak pengalaman di bidang R&D (Research and Development-red),” ujarnya.
Tak hanya itu, orang tuanya juga berperan besar dalam perjalanan sains Bekele. Ketika menunjukkan ketertarikan pada sains saat masih kecil, kedua orang tuanya lalu mendukungnya dengan memberikan beberapa fasilitas untuk percobaan-percobannya serta mengawasinya. *pis