Mahasiswa Kedokteran di US Eksperimen Makan 270 Telur Selama 28 Hari, Apa Efeknya?

Baru-baru ini seorang mahasiswa kedokteran Harvard bernama Nick Horowitz, melakukan eksperimen dengan memakan 270 butir telur ayam selama 28 hari untuk menguji efeknya terhadap kolestrol jahatnya. Hal ini karena dikatakan jika terlalu banyak memakan telur dapat meningkatkan kolestrol jahat pada tubuh.
Karena itu, Nick memulai eksperimen yang terbilang ekstrem ini untuk mengetahui apa efek memakan telur setiap jam selama 28 hari berturut-turut terhadap kesehatan tubuhnya.
Berhasil menyelesaikan eksperimen tersebut, hasil pengujiannya selama diet pun cukup mengejutkan.
“Tujuan dari seluruh ekperimen ini adalah demonstrasi metabolic untuk membahas pengungkit yang dapat memengaruhi kolestrol pada individu yang berbeda,” ujar Nick, dikutip dari Fix News, Senin (14/10).
Ternyata hasilnya sesuai harapan Nick. Kadar kolestrolnya tidak berubah dengan memakan banyak telur. “Saya berharap kadar kolestrol saya tidak berubah hanya dengan menambahkan telur dan itulah yang terjadi,” katanya.
Nick mempertaruhkan kesehatannya sendiri dengan memakan ratusan telur dalam sebulan, untuk bisa menyampaikan efek telur yang sebenarnya dalam pola makan.
Dari hasil eksperimennya, Nick berhipotesis bahwa pola makan dengan banyak memakan telur tidak akan berdampak negative pada kadar LDL (Lipoprotein Densitas Rendah) atau kolestrol jahat. Justru menambahkan karbohidrat setelah diet ketogenik bisa menurunkan kolestrol jahat.
Saat menjalani diet campuran gaya Amerika standar dan sebelum beralih ke Keto, kadar LDL Nick sekitar 90mg. Dalam dua minggu pertama eksperimen telurnya, kadar LDL nya turun dua persen. Dua minggu berikutnya setelah menambahkan karbohidrat ke dalam makanan hariannya, LDL nya turun lagi sebanyak 18 persen.
“Telur adalah makanan yang cukup serbaguna, jadi membuatnya dengan berbagai cara menghasilkan eksperimen yang cukup menyenangkan, tidak terlalu sulit,” ucap mahasiswa kedokteran dengan gelar PhD dalam kesehatan metabolik itu.
270 telur itu diolah Nick dengan berbagai cara agar tidak bosan. Mulai dari orak-arik, goreng, telur dadar, ceplok, hingga deviled.
Meskipun hasil penelitian Nick mengejutkan, ia mengatakan bahwa eksperimen itu hanya menunjukkan bahwa tidak ada yang Namanya “diet terbaik”.
“Saat mengevaluasi diet yang baik untuk seseorang, anda perlu mempertimbangkan kesehatan metabolism dasar mereka da juga apa tujuan mereka,” kata pria 25 tahun itu.