Banyak Artis Serukan ‘All Eyes on Papua’ di Media Sosial, Apa Artinya?
Beberapa selebriti tanah air belakangan ini menyerukan All Eyes on Papua di media sosial. Gerakan All Eyes on Papua ini muncul tak lama setelah viral Gerakan All Eyes on Rafah, yang ditujukan pada kota di selatan Jalur Gaza, Palestina, yakni Rafah yang menjadi target serangan Israel.
Para selebriti yang meramaikan All Eyes on Papua ini beramai-ramai membagikan poster dukungan untuk masyarakat Papua. Diantaranya ada Luna Maya, Syifa Hadju, Audi Marissa, Acha Septriasa, Rachel Amanda, Ayushita, hingga musisi berdarah Papua, Nowela Mikhelia, serta beberapa artis lainnya. Poster tersebut sudah dibagikan hampir dua juta kali di Instagram story.
Apa sih All Eyes on Papua itu? Arti dalam Bahasa Indonesia adalah semua mata tertuju pada Papua. Seruan ini merupakan dukungan dan solidaritas terhadap masyarakat Papua yang sedang memperjuangkan haknya.
Bahkan dukungan tersebut bermunculan usai viralnya video perwakilan dari suku Awyu di Papua Selatan dan suku Moi di Papua Barat Daya mendatangi Gedung Mahkamah Agung di Jakarta Pusat pada Senin (27/5) lalu. Kedua suku asal Papua itu mengenakan pakaian khas suku mereka dan menggelar doa serta ritual adat di depan gedung Mahkamah Agung.
Mereka bahkan rela menempuh waktu 48 jam perjalanan dengan minim biaya. Semua itu bertujuan untuk meminta Mahkamah Agung mengeluarkan aturan yang dapat melindungi hutan adat mereka.
“Kami datang menempuh jarak yang jauh, rumit dan mahal dari Tanah Papua ke Ibu Kota Jakarta untuk meminta Mahkamah Agung memulihkan hak-hak kami yang dirampas dengan membatalkan izin perusahaan sawit yang kini tengah kami lawan ini,” ujar Hendrikus Woro, pejuang lingkungan hidup atau perwakilan dari suku Awyu dikutip dari Greenpeace.
Saat ini suku Awyu dan suku Moi sedang terlibat gugatan hukum melawan pemerintah dan perusahaan sawit. Hendrikus juga menggugat Pemerintah Provinsi Papua, karena mengeluarkan izin kelayakan lingkungan hidup untuk sebuah perusahaan sawit, PT Indo Asiana Lestari (IAL).
PT IAL mengantongi izin lingkungan seluas 36.094 hektar atau lebih dari setengah luas DKI Jakarta dan berada di hutan adat marga Woro yang merupakan bagian dari suku Awyu, tepatnya di Boven Digoel Papua. Perusahaan tersebut berencana membabat habis hutan itu untuk membangun perkebunan sawit.
Gugatan kedua suku tersebut saat ini telah sampai di tahap kasasi di Mahkamah Agung. Selain kasasi perkara tersebut, masyarakat adat Awyu juga mengajukan kasasi atas gugatan sejumlah perusahaan sawit lainnya yang sudah dan akan mengekspansi bisnisnya ke Boven Digoel.
Begitu pun dengan suku Moi yang tengah berjuang melawan perusahaan sawit lainnya, yakni PT Sorong Agro Sawitindo (SAS) yang akan menggarap 18.160 hektar hutan adat Moi Sigin untuk membangun perkebunan sawit. Sementara PT SAS sendiri memegang konsesi seluas 40 ribu hektar di Kabupaten Sorong.
“Keberadaan PT SAS sangat merugikan kami masyarakat adat. Kalau hutan adat kami hilang, mau kemana lagi kami pergi,” ujar Fiktor Klafiu, perwakilan masyarakat adat Moi.
Anggota tim kuasa hukum suku Awyu dan Moi, Tigor Hutapea, mengatakan keberadaan PT IAL dan PT SAS bisa merusak hutan yang menjadi sumber penghidupan, pangan, air, obat-obatan, budaya dan pengetahuan masyarakat adat Awyu dan Moi. Terlebih, hutan tersebut juga merupakan habitat bagi flora dan fauna endemik Papua.
Namun tak hanya berdampak bagi masyarakat Papua, rencana pembangungan kebun sawit itu juga akan berdampak bagi komitmen iklim pemerintah Indonesia. Pasalnya, izin lingkungan yang dikeluarkan untuk perusahaan-perusahaan sawit di Papua berpotensi memicu deforestasi.
“Operasi PT IAL dan PT SAS dikhawatirkan memicu deforestasi yang akan melepas 25 juta ton CO2e ke atmosfer, yang akan memperparah dampak krisis iklim di Tanah Air,” ujar Tigor dikutip dari Big Alpha.
Untuk itu, sederet selebriti juga membagikan link petisi untuk membantu menyelamatkan hutan Papua. *ana